Hubungan Sensasi dengan Perspektif

Rabu, 13-03-13,
Untuk pertama kalinya, kami membahas mengenai Sensasi dan Perspektif secara teoritis. Dan hal ini terjadi di lingkungan IT, yang biasanya berhadapan dengan program dan data saja :D
Yah, ada something different di semester ini :)
Ini dia sekilas uraian dari hasil pembahasan kami mengenai Sensasi dan Perspektif.

Sensasi adalah rasa/perasaan yang kita peroleh dari hasil penginderaan, yang menghubungkan kita dengan lingkungan. 
Menurut Dennis Coon, “Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal. Simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera.

Kita mengenal lima alat indera atau pancaindera. Kita mengelompokannya pada tiga macam indera penerima, sesuai dengan sumber informasi. Sumber informasi boleh berasal dari dunia luar (eksternal) atau dari dalam diri (internal). Informasi eksternal diindera oleh eksteroseptor (misalnya, telinga atau mata). Informasi internal diindera oleh ineroseptor (misalnya, system peredaran darah). Gerakan tubuh kita sendiri diindera oleh propriseptor (misalnya, organ vestibular).

Nah, Lalu apa itu Perspektif?
Perspektif merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Perspektif berarti memberikan makna pada sensasi yang kita dapat dari penginderaan. 

Hubungan antara Sensasi dengan Perspektif:
Perspektif muncul saat kita menerima sensasi, baik itu internal ataupun eksternal. Contoh sederhana yang sempat di beri oleh dosen kami adalah, saat dia bertanya "Siapa yang sudah punya pacar di ruangan ini?"
Maka yang mendengarnya (kami) mendapatkan sebuah sensasi (sense), yang berasal dari pendengaran kami (eksternal). Sensasi yang muncul itu membuat setiap dari kami mengekspresikan beberapa ekspresi. Ada yang tersipu malu-malu, tersenyum pahit, ataupun mengernyitkan kening. :D
Dari berbagai ekspresi itu, kita mendapatkan berbagai perspektif pula. Dimana perspektif yang muncul itu berasal dari pengalaman yang pernah kita alami.
Contoh dari perspektif dalam kasus di atas :

  • Mungkin dia (yang tersipu malu-malu) sedang mengalami kasmaran dengan kekasihnya. Sehingga dia yang mendengar kata pacar, juga langsung mengingat kenangannya bersama sang kekasih.
  • Mungkin dia (yang tersenyum pahit) sedang atau pernah disakiti oleh kekasihnya. Sehingga perspektif yang muncul hanya mengenai kekasihnya yang telah menyakitinya.
  • Mungkin juga dia (yang mengernyitkan kening) belum pernah mengalami kasmaran sama sekali. Perspektif dari orang tersebut hanya lah bingung karena dia tidak memiliki pengalaman yang dapat di bayangkannya dari seorang kekasih.
Contoh sederhana lainnya, kalau kita mendengarkan kata "Seoul", perspektif yang muncul adalah "Korea, Seoul adalah ibukota Korea Selatan, dimana para artis-artis pujaan Korea berkumpul disitu (ini bagi yang ngefans Korean):D". Itu juga karena Korea yang sudah begitu terkenal d Indonesia.

Beda halnya dengan saat kita mendengar kata "Stockholm", perspektif yang muncul mungkin saja begini, "Apa itu? Aku belum pernah mendengarnya sama sekali". Hal itu terjadi karena dia belum memiliki pengalaman sama sekali dengan kata Stockholm, baik itu dari penglihatan ataupun pendengarannya.
(Stockholm adalah ibukota Swedia, yang sebenarnya sangat terkenal :)).

Kesimpulan yang dapat kita simpulkan bersama adalah, berbagai macam perspektif muncul karena adanya sensasi yang dirasakan. Namun perspektif yang muncul itu juga berdasarkan dengan pengalaman kita terhadap suatu objek tertentu.






0 comments

Herimelda Hutagaol. Powered by Blogger.

Motivating and Caring Blog